The Fault In Our Stars adalah karya John Green pertama kali saya baca.
Buku ini dikemas dengan sampul yang sangat menarik, meski terlihat sederhana, tapi di situlah daya tariknya.
John Green menuliskan The Fault In Our Stars dengan sangat piawai, tokohnya dapat dengan cepat masuk ke dalam hati pembaca dan seakan menjadi seseorang yang nyata bagi pembaca. Gaya bahasa yang digunakan John Green juga menarik, indah, dan terdapat beberapa kata-kata menarik yang patut kita simak makna sebenarnya:
"Some infinities are bigger than other infinities."
Selain itu, tokoh Hazel Grace Lancaster, seorang gadis berusia 16 tahun yang menderita kanker Thyroid stadium 4. Tidak seperti di novel kanker lainnya yang tokoh utamanya selalu terlihat sedih dan murung karena dirinya terkena kanker. Hazel ini seakan tak peduli dengan apa yang dideritanya dan bahkan mengeluh karena paru-parunya tidak bisa bekerja dengan baik yang menyebabkannya harus membawa tangki oksigen seberat 2 kg kemanapun Hazel pergi.
John Green juga membuat tokoh Hazel Grace ini lucu, cara berpikir, bicara, dan tingkah laku Hazel terkadang membuat saya tertawa saat membacanya. Begitu juga dengan tokoh yang lainnya, Augustus Waters. Augustus atau Gus ini adalah orang yang ditemui Hazel saat Support Group di basemen Gereja. Cara Hazel dan Gus berkenalan juga unik, mereka bertanding tatap-tatapan satu sama lain hingga Gus berhenti menatap Hazel.
Alurnya ringan, dan mudah diikuti, membuat kita hanyut begitu saja ke dalam dunia milik Hazel Grace Lancaster. Plot twist yang berada di konflik buku ini juga membuat kita kaget, dan tidak percaya. Bahkan hingga mebuat air mata kita menetes, oh, maksud saya banjir dengan deras.